“Kalau kau tahu apa yang pasti terjadi, apa kau
masih punya kekuatan untuk bangun di tengah malam saat orang yang kau cintai
haus atau mimpi buruk? Apa kau akan bercerita saat dia bosan, menyanyikan lagu
untuknya, mengajaknya keluar karena dia membutuhkan udara segar meskipun udara
sangat dingin?
Dan di malam hari, apa kau akan mengabaikan rasa
lelahmu dan duduk di kaki tempat tidurnya dan menghilangkan rasa takutnya
dengan membicarakan tentang masa depan yang pasti dia ambil darimu?
Kalau jawabanmu ya, maafkan aku karena salah
menilaimu. Kau benar-benar tahu apa artinya mencintai seseorang.”
“Lucu sekali bagaimana kita selalu menemukan alasan
yang bagus untuk tidak mencintai ---takut menderita atau takut
ditinggalkan---dan tetap saja kau tak pernah menghargai seberapa besar kau
mencintainva sampai kau sadar bahwa cinta itu akan meninggalkanmu suatu hari
nanti..”
“Aku belajar untuk menjinakkan kesepian selama
bertahun-tahun. Butuh kesabaran yang sangat besar. Aku berjalan ke seluruh
dunia untuk mencari udara yang mungkin kau hirup. Kata orang, pikiran dua orang
yang saling mencintai akhirnya akan bertemu. Aku sering tertidur sambil
bertanya-tanya apa kau pernah memikirkanku saat aku memikirkanmu. Aku datang
dan berjalan menyusuri jalan, bermimpi bertemu denganmu, dan pada saat
bersamaan takut bila itu terjadi. Kukira aku melihatmu ratusan kali. Jantungku
berhenti berdetak setiap kali kulihat seorang yang mengingatkanku padamu. Aku bersumpah
takkan pernah mencintai seperti itu lagi---ini gila, kau tahu, semacam
pengabaian diri yang tak bertanggung jawab. Waktu sudah berlalu dan waktu kita
juga sudah habis bukan? Apa kau tak menanyakan kepada dirimu?”
ALL THOSE THINGS WE NEVER SAID, by March Levy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar